Senin, 21 Juli 2008

Amien Rais Beri Rapor Biru Kepada Pemerintah

Selasa, 22 Juli 2008 07:41 WIB
Amien Rais Beri Rapor Biru Kepada Pemerintah
ANTARA
PALU--MI: Mantan Ketua MPR Amien Rais, menilai pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah sekarang dalam berbagai sektor sudah mengalami banyak kemajuan, jika dibanding dengan keadaan di awal-awal kemerdekaan atau pada masa pemerintahan sebelumnya.

"Pemerintah kita sudah bagus. Aceh sudah aman dan di bagian Indonesia lainnya tidak ada lagi gerakan separatis membahayakan kesatuan nasional. Judi, illegal logging, dan kejahatan lainnya juga sudah berhasil ditekan polisi, Jadi rapor (pemerintah) kita biru," kata dia ketika menjadi narasumber dalam dialog interaktif di TVRI Sulawesi Tengah di Palu, Senin (21/7) malam.

Namun demikian, lanjut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, yang masih mengalami ketertinggalan dan belum sukses yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

"Sekedar anda ketahui 50 persen ekonomi kita dikuasai asing, bahkan di sektor migas sekitar 98 dikuasai pihak asing dan rakyat kita tidak bisa banyak bergerak," katanya.

Amien juga menyesalkan penjualan aset-aset strategis milik rakyat Indonesia ke pihak asing, seperti PT Indosat dan PT Telkom, karena dinilainya dapat mengancam stabilitas keamanan dan kemandirian bangsa.

"Saya sebagai anak bangsa sangat kecewa, apalagi ada rencana pemerintah menjual lagi 44 BUMN ke pihak asing pada tahun ini juga. Ini yang saya tidak mengerti," tuturnya dalam dialog dengan tema Penyelesaian Masalah Besar Bangsa Menyambut 63 Tahun Kemerdekaan Indonesia.

Menurutnya, pembangunan di Indonesia seharusnya yang digalakkan adalah pembangunan ekonomi rakyat, bukan sebaliknya menggalakan ekonomi pasar yang justru tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan negara Indonesia.

"Kalau ekonomi kita dikuasai asing, maka kita akan bergantung terus dalam berbagai hal," ujarnya.

Ia juga mengatakan, sudah 63 tahun Bangsa Indonesia merdeka, namun hingga kini belum bisa menggali sumber daya mineral sendiri, padahal ahli-ahli dari Bangsa Indonesia sendiri sudah begitu banyak.

"Saya kira ini kesalahan kebijakan, karena mungkin kita terlalu lama menerapkan konsep ekonomi yang lebih memperhatikan masuknya aliran dana dari luar dengan mengembangkan ekonomi pasar," katanya.

Padahal, lanjut Amien, penerapan ekonomi pasar itu lebih menguntungkan negara kuat, dan sebaliknya negara miskin sekan semakin lemah. "Ekonomi pasar itu untuk kepentingan kekuasaan hegemoni barat," tuturnya.

"(Dengan menerapkan ekonomi pasar) sektor pertambangan kita, kehutanan, dan kelautan sudah dikuasai korporasi asing. Akibatnya, kita susah untuk membayar utang, bahkan untuk bayar utang sendiri kita pun tergantung kepada pihak asing," katanya menambahkan.

Masih, menurut Amien, negara Ahmadinejab (Iran-Red), China, Malaysia, dan India, justru berusaha mengembangkan ekonomi rakyatnya dengan mengeluarkan Badan Arbitrase untuk mencegah masuknya investasi asing yang merugikan bangsa dan negaranya.

"Saya kira kita perlu belajar dari mereka," katanya.

Menjawab pertanyaan soal kemungkinan akan maju dalam Pilpres 2009 yang disampaikan seorang penelepon, Amien Rais secara diplomatis mengatakan dirinya sudah mencoba lima tahun lalu, tetapi sebagian rakyat lebih memilih "yang tengah-tengah".

"Saya ini dikenal lebih keras. Padahal (untuk membangun Bangsa Indonesia sekarang) kita perlu berusaha menjinakkan Amerika, dengan mengambil alih kegiatan investasi yang sudah merugikan bangsa dan negara ini," tuturnya.

Dalam dialog interaktif yang dipandu Dr Basir Cyo MS, akademisi dari Universitas Tadulako Palu, narasumber lain Nurhadi M Musawir, anggota DPR dari Fraksi PAN, mengatakan pihaknya terlalu sering memperjuangkan kepentingan masyarakat luas, namun karena di Senayan banyak parpol dengan jumlah anggotanya lebih besar sehingga dalam pengambilan keputusan fraksinya selalu kalah.

Wakil rakyat dari daerah pemilihan Provinsi Sulteng ini mencontohkan soal salah satu perjuangan fraksinya dengan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak adil di sektor migas yang sudah merugikan rakyat Indonesia.

"Ketika BBM naik, kita terpaksa beli dari kilang-kilang di negara lain dengan harga sangat mahal. Namun, sebaliknya BBM yang dibeli untuk rakyat Indonesia itu, justru dijual kepada para investor asing dengan harga jauh lebih murah dibanding yang berlaku di negara asalnya," kata dia. (Ant/OL-03)

Tidak ada komentar: