“Dengan mengucapkan Bismillahi-rahmanirrahim, saya, Megawati Soekarnoputri, bersedia dicalonkan sebagai presiden dari PDI Perjuangan,” kata Megawati yang langsung disambut histeris semua peserta rakornas. Bahkan, banyak peserta yang menitikkan air mata.
“Sampaikan hal ini…,” lanjut Megawati. Namun, pernyataan itu tidak selesai karena riuhnya teriakan “Mega, Mega…” dari peserta rakornas.
Pada saat yang sama, lagu Maju Tak Gentar berkumandang. Taufik Kiemas pun langsung naik ke panggung dan mencium kening istrinya. Ciuman dari suaminya ini membuat Megawati terharu.
Pada bagian akhir pidatonya, Megawati meminta semua peserta rakornas untuk mengabarkan kesediaan dirinya maju dalam Pemilihan Presiden 2009 kepada semua kader PDI-P dan bangsa Indonesia. Dia juga meminta kadernya bekerja keras. “Kita pasti bisa. Jika kita bersama rakyat, kita pasti menang,” kata Megawati menutup pidatonya.
Kesediaan Megawati untuk kembali dicalonkan sebagai presiden sudah mulai terbaca saat membuka Rakernas II PDI-P pada 8 September. Saat itu Megawati mengatakan, “Jawaban saya (untuk bersedia atau tidak sebagai calon presiden dari PDI-P), insya Allah akan seperti yang ada di dalam sanubari Anda semua.”
Meski demikian, kesediaan Megawati tetap “mengejutkan” pengurus inti PDI-P. “Megawati sama sekali tidak memberi tahu DPP jika akan menyampaikan kesediaannya malam ini,” kata Ketua Badan Pemenang Pemilu PDI-P Tjahjo Kumolo.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menuturkan, Megawati merupakan faktor pemersatu PDI-P. Tanpa Megawati, PDI-P akan berbeda.
“Oleh karena itu, saya lihat (pencalonan Megawati) ini hanya target internal PDI-P. Namun, sebagai partai oposisi, strategi PDI-P dengan lebih awal mengumumkan calonnya adalah tepat. Sebab, mereka tidak akan menjadi sasaran tembak pihak lain. Ini berbeda jika seandainya ada kader PDI-P yang duduk di pemerintahan,” kata Anies SUT/NWO/Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar